Minggu, 18 Oktober 2015

PERJUANGANKU UNTUK CITA-CITAKU (RISA)

Perjuanganku Untuk Cita-Citaku
          Risa, begitulah mereka memanggilku. Sedangkan Farisa Raihani Nashifa nama lengkapku. Aku lahir pada 24 Mei 2003, dan disitulah aku mulai dikenalkan berbagai macam hal. Termasuk dari yang paling pertama, aku dikenalkan dengan sambutan air matanya, air mata ibu. Aku tinggal di Banguncipto, Sentolo, Kulon Progo. Dan tempat itu adalah tempat dimana aku temui banyak sekali pelajaran. Dari ayah dan ibuku tentunya. Ayahku bernama Muhammad Tamrin.  Ayahku punya banyak sekali kisah inspirasi dan pengalaman hidupnya di waktu kecil yang menyemangatiku setiap aku mendapat masalah. Sementara ibuku bernama Siti Waliyah, ibuku juga punya banyak sejuta inspirasi yang menemani  setiap langkahku.  Aku punya kakak bernama Zulfani Fauzia Azmi, dan adik bernama Hasnan Syauqi Muzzafar. Mereka berdua yang menemaniku dan selalu mengiburku saat aku senang maupun sedih. Aku sayang sekali dengan keluargaku.
Tujuh tahun yang lalu, aku bersekolah di TKIT Insan Mulia, Jangkang Lor, Sentolo, Kulon Progo. Aku masih ingat saat ditanya dengan guruku saat itu. “Risa, apa cita-citamu?” tanya guruku. Aku menjawab dengan riang. “Dokter bu!!” jawabku. Saat itu, aku suka sekali menggambar diriku yang menjadi dokter sedang menangani pasiennya. Dan disitulah aku punya tekad kuat agar aku bisa menjadi seorang dokter. Saat di rumah, aku suka sekali berpura-pura menjadi dokter. Sementara kakakku menjadi pasiennya. Dan itu sering sekali aku lakukan saat masih Tk dulu. Kemudian, satu tahun kemudian, aku sudah duduk di kelas satu SD, SDIT Ibnu Mas’ud. Disana aku juga ditanyai guru dan teman-temanku. “Apa cita-citamu?” tanya mereka. Aku hanya menjawab malu-malu saat itu. Karena aku punya sifat pribadi, sedikit pemalu. “Aku.. mau menjadi dokter,” jawabku. Teman-temanku saat itu pun banyak juga yang mau menjadi dokter, dengan begitu aku jadi lebih semangat untuk menggapai cita-citaku. Selama aku belajar di SD dulu, aku berusaha untuk dapat membahagia kan orang tuaku. Aku harus bisa mendapatkan gelar dokter pada keesokan harinya. Jadi, aku berusaha menggunakan waktu-waktu itu agar tidak menjadi sia-sia. Walau terkadang perasaan malas, menyerah, tidak semangat, selalu menghampiriku. Tapi benar-benar aku harus menghilangkan semua perasaan itu.
Orang tuaku selalu memberiku inspirasi, motivasi, nasehat, dan tentunya doa agar aku bisa menjadi orang yang sukses di kemudian hari. Aku pun juga selalu berdoa dan meminta kepada Allah agar aku bisa membahagiakan ayah dan ibuku, dan aku juga berdoa bila aku sudah berhasil menggapai cita-citaku, aku meminta agar aku tidak lupa dengan Allah dan semua keluargaku. Karena aku yakin semua kebahagiaan yang ada di dunia hanya bersifat sementara. Sementara alam akhirat adalah abadi. Aku tidak lupa untuk selalu beribadah dan tekun dalam menjalani hidupku. Berusaha menggunakan waktu agar tidak menjadi sia-sia, berusaha agar aku bisa menjadi yang terbaik, dan berusaha agar orang-orang orang disekitar ku termasuk ayah dan ibuku tidak kecewa atas segala usaha yang telah mereka kerahkan kepadaku. Bentuk  syukur pun tak lupa kuucapkan setiap kali keberhasilan telah kudapat.  Jika kulihat ibuku, kini ibuku telah menjadi seorang wanita yang mengajarkan ilmu Matematika kepada murid-muridnya. Di balik itu semua, ibuku punya banyak sekali kisah usaha keras yang ibuku alami dari kecil dulu hingga sekarang. Dulu setiap ibuku hendak berangkat kesekolah, ibuku selalu membutuhkan jarak yang panjang sekali untuk kesekolah dan alas kaki seadanya. Setiap pulang sekolah pun ibuku harus mencari kayu bakar di hutan dan membawa kayu-kayu bakar itu kerumah. Sampai dirumah pun ibuku harus membersihkan rumah membantu nenekku memasak tempe, dan menjaga adiknya. Begitu pula ayahku, setiap hari ayahku menemani nenekku pergi ke pasar, untuk menjual olahan minyak dari hasil susah payahnya. Ayahku pun harus menerima kenyataan pahit bahwa ayahnya harus dipanggil oleh-Nya, setelah jatuh dari pohon dan sakit keras. Dari semua itu, aku mendapat banyak sekali kisah inspirasi dari ayah dan ibuku.
Semua kisah inspirasi itu selalu aku ingat bahkan membantuku saat ujian di SD dulu. Beberapa minggu sebelum ujian, ayah dan ibuku menyemangatiku dan memberi  peraturan padaku untuk tidak banyak bermain dan menonton televisi. Sebelum ujian, aku perbanyak belajar di temani dengan doa dari ayah dan ibuku. Aku benar benar berusaha sekeras mungkin agar dapat membahagiakan ayah dan ibuku. Aku perbanyak ibadah dari yang sunnah sampai yang wajib, tilawah, dan hafalan. Sebelum Try Out, aku selalu meminta didoakan pada ayah dan ibuku agar aku diberi kemudahan dan kelancaran. Meskipun aku telah didoakan, aku juga selalu tak lupa agar berdoa sendiri dan meminta pada Allah. Tak hanya do’a, aku juga selalu berusaha dan belajar dengan sungguh-sungguh. Yah, walau dari itu semua nilaiku ada yang tidak memuaskan, tetapi aku tidak menyerah, aku yakin Allah menyimpan skenario yang lebih baik dari itu semua. Dan yang nantinya akan menggantikan kekecewaanku. Aku tidak akan menyerah dan berjuang sebisa mungkin, aku terus mencoba mengerjakan berbagai soal Matematika, IPA, Bahasa Indonesia. Jika aku bingung,  aku meminta ibuku untuk diajarkan rumus-rumus matematika. Dan ternyata benar, setelah diiringi dengan do’a serta usaha yang keras, aku mendapat nilai memuaskan saat ujian dan aku mendapat banyak inspirasi dan motivasi dari ayah dan ibuku. Jangan mudah menyerah dan berputus asa, berdoalah dan berusahalah, setiap apa yang kita dapat simpan positifnya buang negatifnya. Jangan lupa untuk selalu berbakti pada ayah dan ibu,  ingat selalu pada ALLAH, banyak berdoa dan meminta pada-Nya, banyak tawakkal, tawadhu, qona’ah, dan segalanya HANYA untuk ALLAH. Demikianlah kisah ku untuk cita-citaku, Insha Allah aku selalu berusaha dan doakan agar bisa menjadi orang yang berguna dan membahagiakan orang tuaku di kemudian hari.   

PENULIS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar