Perjuanganku Untuk Cita-Citaku
Risa,
begitulah mereka memanggilku. Sedangkan Farisa Raihani Nashifa nama lengkapku.
Aku lahir pada 24 Mei 2003, dan disitulah aku mulai dikenalkan berbagai macam
hal. Termasuk dari yang paling pertama, aku dikenalkan dengan sambutan air
matanya, air mata ibu. Aku tinggal di Banguncipto, Sentolo, Kulon Progo. Dan tempat
itu adalah tempat dimana aku temui banyak sekali pelajaran. Dari ayah dan ibuku
tentunya. Ayahku bernama Muhammad Tamrin.
Ayahku punya banyak sekali kisah inspirasi dan pengalaman hidupnya di
waktu kecil yang menyemangatiku setiap aku mendapat masalah. Sementara ibuku
bernama Siti Waliyah, ibuku juga punya banyak sejuta inspirasi yang
menemani setiap langkahku. Aku punya kakak bernama Zulfani Fauzia Azmi,
dan adik bernama Hasnan Syauqi Muzzafar. Mereka berdua yang menemaniku dan
selalu mengiburku saat aku senang maupun sedih. Aku sayang sekali dengan
keluargaku.
Tujuh tahun
yang lalu, aku bersekolah di TKIT Insan Mulia, Jangkang Lor, Sentolo, Kulon Progo.
Aku masih ingat saat ditanya dengan guruku saat itu. “Risa, apa cita-citamu?”
tanya guruku. Aku menjawab dengan riang. “Dokter bu!!” jawabku. Saat itu, aku
suka sekali menggambar diriku yang menjadi dokter sedang menangani pasiennya.
Dan disitulah aku punya tekad kuat agar aku bisa menjadi seorang dokter. Saat
di rumah, aku suka sekali berpura-pura menjadi dokter. Sementara kakakku
menjadi pasiennya. Dan itu sering sekali aku lakukan saat masih Tk dulu.
Kemudian, satu tahun kemudian, aku sudah duduk di kelas satu SD, SDIT Ibnu
Mas’ud. Disana aku juga ditanyai guru dan teman-temanku. “Apa cita-citamu?”
tanya mereka. Aku hanya menjawab malu-malu saat itu. Karena aku punya sifat
pribadi, sedikit pemalu. “Aku.. mau menjadi dokter,” jawabku. Teman-temanku
saat itu pun banyak juga yang mau menjadi dokter, dengan begitu aku jadi lebih
semangat untuk menggapai cita-citaku. Selama aku belajar di SD dulu, aku
berusaha untuk dapat membahagia kan orang tuaku. Aku harus bisa mendapatkan
gelar dokter pada keesokan harinya. Jadi, aku berusaha menggunakan waktu-waktu
itu agar tidak menjadi sia-sia. Walau terkadang perasaan malas, menyerah, tidak
semangat, selalu menghampiriku. Tapi benar-benar aku harus menghilangkan semua
perasaan itu.
Orang tuaku
selalu memberiku inspirasi, motivasi, nasehat, dan tentunya doa agar aku bisa
menjadi orang yang sukses di kemudian hari. Aku pun juga selalu berdoa dan
meminta kepada Allah agar aku bisa membahagiakan ayah dan ibuku, dan aku juga
berdoa bila aku sudah berhasil menggapai cita-citaku, aku meminta agar aku
tidak lupa dengan Allah dan semua keluargaku. Karena aku yakin semua
kebahagiaan yang ada di dunia hanya bersifat sementara. Sementara alam akhirat
adalah abadi. Aku tidak lupa untuk selalu beribadah dan tekun dalam menjalani
hidupku. Berusaha menggunakan waktu agar tidak menjadi sia-sia, berusaha agar
aku bisa menjadi yang terbaik, dan berusaha agar orang-orang orang disekitar ku
termasuk ayah dan ibuku tidak kecewa atas segala usaha yang telah mereka
kerahkan kepadaku. Bentuk syukur pun tak
lupa kuucapkan setiap kali keberhasilan telah kudapat. Jika kulihat ibuku, kini ibuku telah menjadi
seorang wanita yang mengajarkan ilmu Matematika kepada murid-muridnya. Di balik
itu semua, ibuku punya banyak sekali kisah usaha keras yang ibuku alami dari
kecil dulu hingga sekarang. Dulu setiap ibuku hendak berangkat kesekolah, ibuku
selalu membutuhkan jarak yang panjang sekali untuk kesekolah dan alas kaki
seadanya. Setiap pulang sekolah pun ibuku harus mencari kayu bakar di hutan dan
membawa kayu-kayu bakar itu kerumah. Sampai dirumah pun ibuku harus
membersihkan rumah membantu nenekku memasak tempe, dan menjaga adiknya. Begitu
pula ayahku, setiap hari ayahku menemani nenekku pergi ke pasar, untuk menjual
olahan minyak dari hasil susah payahnya. Ayahku pun harus menerima kenyataan
pahit bahwa ayahnya harus dipanggil oleh-Nya, setelah jatuh dari pohon dan
sakit keras. Dari semua itu, aku mendapat banyak sekali kisah inspirasi dari
ayah dan ibuku.
Semua kisah
inspirasi itu selalu aku ingat bahkan membantuku saat ujian di SD dulu.
Beberapa minggu sebelum ujian, ayah dan ibuku menyemangatiku dan memberi peraturan padaku untuk tidak banyak bermain
dan menonton televisi. Sebelum ujian, aku perbanyak belajar di temani dengan
doa dari ayah dan ibuku. Aku benar benar berusaha sekeras mungkin agar dapat
membahagiakan ayah dan ibuku. Aku perbanyak ibadah dari yang sunnah sampai yang
wajib, tilawah, dan hafalan. Sebelum Try Out, aku selalu meminta didoakan pada
ayah dan ibuku agar aku diberi kemudahan dan kelancaran. Meskipun aku telah didoakan,
aku juga selalu tak lupa agar berdoa sendiri dan meminta pada Allah. Tak hanya
do’a, aku juga selalu berusaha dan belajar dengan sungguh-sungguh. Yah, walau
dari itu semua nilaiku ada yang tidak memuaskan, tetapi aku tidak menyerah, aku
yakin Allah menyimpan skenario yang lebih baik dari itu semua. Dan yang
nantinya akan menggantikan kekecewaanku. Aku tidak akan menyerah dan berjuang
sebisa mungkin, aku terus mencoba mengerjakan berbagai soal Matematika, IPA,
Bahasa Indonesia. Jika aku bingung, aku
meminta ibuku untuk diajarkan rumus-rumus matematika. Dan ternyata benar,
setelah diiringi dengan do’a serta usaha yang keras, aku mendapat nilai
memuaskan saat ujian dan aku mendapat banyak inspirasi dan motivasi dari ayah
dan ibuku. Jangan mudah menyerah dan
berputus asa, berdoalah dan berusahalah, setiap apa yang kita dapat simpan
positifnya buang negatifnya. Jangan lupa untuk selalu berbakti pada ayah dan
ibu, ingat selalu pada ALLAH, banyak
berdoa dan meminta pada-Nya, banyak tawakkal, tawadhu, qona’ah, dan segalanya
HANYA untuk ALLAH. Demikianlah kisah ku untuk cita-citaku, Insha Allah aku
selalu berusaha dan doakan agar bisa menjadi orang yang berguna dan
membahagiakan orang tuaku di kemudian hari.
PENULIS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar